Monday, November 29, 2010

DRC. Digital Room Correction

Sekarang jelas kiranya bahwa ruangan memiliki pengaruh sangat signifikan terhadap hasil akhir suara.
Bayangkan, pada ruangan 3x3x3 meter tadi, selisih amplitudo dalam frekuensi tertentu bisa mencapai 36dB!

Belum lagi efek dari interior, penempatan speaker, posisi duduk... terlalu banyak faktor yang harus diperhitungkan.

Nah untuk yang tertarik mempelajari akustik ruangan dan mensimulasikan nya, saya biasa menggunakan software bernama EASE. License nya sekitar 30jt rupiah. Namun very worth to try :)


Anda bisa menghubungi saya kalau ingin melihat bagaimana EASE bekerja.
30jt untuk software terdengar mahal? Itulah harga yang harus dibayar untuk "belajar".

Ada solusi lain yang lebih murah? Jelas sudah ada. Untungnya saya menulis artikel ini di tahun 2010 dimana teknologi sudah maju. Kalau saya menulis 5 tahun lalu, mungkin teknologi nya belum banyak tersedia he he he :)

Ok, let's get to the point.

Dewa Penyelamat: Digital Room Correction

Apabila Anda seperti saya, yang hanya ingin mendengarkan musik dengan nyaman di tempat yang kebetulan sudah jadi maka EASE tidak terlalu diperlukan. EASE lebih cocok jika Anda memang sering terlibat pada project pembangunan ruangan untuk keperluan auditorium.

Nah, bagaimana kalau kita ingin mendapatkan suara terbaik di sistem yang sudah kita miliki, dan didalam ruangan yang sudah jadi juga. Sebutlah misalnya kabin mobil. Anda tidak ingin merubah bentuk mobil Anda supaya suara nya enak bukan?

Mari kita kembali pada permasalahan utama kita. Speaker dan ruangan.
Speaker yang diukur bagus oleh manufakturer nya ternyata bersuara tidak optimal karena ruangan kita (pada posisi ini jelas manufakturer tidak ingin dipersalahkan hehehe).

Wait... Coba ulangi lagi: speaker dan ruangan.
Hmm, speaker dan ruangan... speaker dan ruangan.
Presto!!! Kenapa kita tidak melakukan perbaikan nya pada ruangan kita sendiri saja secara langung?

BENARRRR... Daripada pusing berpikir kesana kemari. Lakukan saja pengukuran dan perbaikan didalam ruangan tempat kita akan mendengarkan nya. Simpel banget kan?

Sayangnya, sesuatu yang simpel diucapkan seringkali sulit untuk di implementasikan :)
Untunglah teknologi sudah maju. Sekarang banyak dijual device berjudul digital room correction.

Ya, sesuai dengan namanya "Digital Room Correction". Device ini bekerja pada domain digital dan bertujuan untuk memperbaiki suara didalam ruangan kita. Karena dia bekerja pada domain digital, sudah pasti processor terlibat disini.
Oleh karena itu biasanya DRC juga disebut digital room processor... ya yang namanya mirip2 lah....
Tujuan nya sama: memaksimalkan kualitas audio Anda didalam ruangan.

Sejatinya device DRC yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki alat ukur yang presisi untuk in-room response
2. Memiliki software baik itu built-in atau di install di laptop untuk menganalisa hasil pengukuran yang dilakukan pada point 1.
3. Memiliki hardware yang capable untuk memperbaiki issue yang ditemukan yang antara lain berada pada domain:
  • time and phase issue
  • amplitude response
Jadi sebuah DRC bukan hanya sebuah device melainkan proses yang harus diikuti. Mulai dari pengambilan data, analisa hingga implementasi nya.
Tujuan utama nya hanya satu: memaksimalkan sistem audio didalam ruangan.
Tentu saja DRC tidak bisa memunculkan yang tidak ada. Misalnya sistem audio Anda hanya terdiri dari sebuah subwoofer. Jangan harap dengan DRC maka suara gemerincing cymbal akan muncul. That's not possible :)

DRC. Just Another Equalizer?

Hmm, pertanyaan yang sulit dijawab oleh awam namun akan mudah jika sudah membaca artikel ini dari awal :)

Pertama-tama mari kita lihat kembali kenapa semua problem speaker dan ruangan tersebut bisa muncul.
1. Karena efek dari ruangan
2. Efek dari placement speaker
3. Efek dari posisi pendengar.

Apakah efek dari ruangan bisa diperbaiki dengan EQ? Ya dan tidak. Bagian ini cukup detail untuk yang mana yang bisa dan mana yang tidak. Kalau ingin tahu bisa contact saya langsung saja.

Apakah efek dari placement speaker dan posisi pendengar bisa diperbaiki oleh EQ? Tentu tidak.
Issue nya disini bukan hanya frekuensi speaker yang tidak merata, namun juga waktu kedatangan suara yang berbeda.

So, simply put. DRC is not just another EQ. Tapi setiap DRC secara internal akan memiliki EQ. Dan bukan sekedar EQ, melainkan harus EQ yang ultra presisi.
Seperti contoh problem di ruangan 3x3x3m tadi.  Untuk memperbaiki nya DRC harus memiliki EQ di frekuensi 57,113,170 dan 226Hz. Jangan sampai EQ malah merusak frekuensi yang lain!

DRC is very complex.

DRC tidak hanya memperhitungkan amplitude response. DRC yang baik harus mengetahui penyebab anomali response tersebut. Sebut saja faktor seperti impulse response, group delay, decay time.
DRC dipenuhi oleh perhitungan matematis didalamnya. Trust me, it's a very complex calculation.
DRC akan sangat sulit untuk disimulasikan secara manual dengan beberapa tombol pengaturan.

Mari kita lihat kembali gambar in-room response dari sebuah sistem speaker:

DRC akan memperhitungkan titik-titik mana pada garis merah yang bisa dikoreksi agar hasil kembali mendekati garis hitam sebagai tujuan akhir.

Setelah menggunakan DRC merk tertentu, maka in-room amplitude response menjadi seperti ini:


Seperti bisa kita lihat, hasil nya tetap tidak seperti garis hitam yang smooth.
Ada hal-hal yang bisa dan perlu dikoreksi oleh DRC, namun ada juga hal-hal yang tidak atau malah jangan diperbaiki oleh DRC. Semuanya menjadi parameter sebuah DRC.
Again, DRC is not just an EQ.

DRC vs RTA

Problem yang ditemukan dalam speaker dan ruangan banyak yang tidak bisa terukur dengan RTA.
RTA hanya memperhitungkan amplitude response akhir. RTA tidak bisa memilih dan menunjukkan apakah problem berasal dari reflection, external noise, mic position dan sebagainya.

Sebagai contoh hasil pengukuran RTA:


Kalau kita berpatokan hanya pada RTA, mencoba "meratakan" amplitude response dengan EQ hasilnya bisa menjadi berantakan. Bukan nya meratakan malah berantakan.

Seperti pada gambar sebelumnya diatas, DRC yang baik juga mampu memilah-milah problem mana yang bisa dan perlu di fix, dan mana yang tidak perlu. RTA dan EQ saja tidak bisa melakukan ini.
Perlu ada brainware dan tools yang lebih lengkap daripada hanya sebuah RTA untuk menentukan problem akustik.

DRC: Set And Forget

Digital room correction berbeda dengan tools lain nya yang selama ini kita ketahui.
DRC bekerja untuk menyesuaikan sistem audio kita dengan ruangan.
Begitu sudah sesuai, maka tidak perlu dan tidak ada lagi yang bisa di kalibrasi. Hal ini berlaku untuk semua DRC yang ada di pasaran.

Tapi tentu saja kalau kita ingin melakukan re-kalibrasi, atau menaruh sistem audio kita di ruangan lain kita dapat mengulangi proses DRC tersebut.

Bagaimana Dengan Mobil?

Well, mobil adalah case khusus dalam dunia audio. Jika DRC biasanya hanya melakukan pengukuran sistem speaker secara sekaligus (woofer, midrange, tweeter). Maka di mobil hal itu tidak bisa dilakukan.
Hal ini disebabkan karena jarak dan lokasi penempatan maupun arah woofer, midrange, tweeter maupun subwoofer sering tidak seragam.

Belum lagi problem di crossover setiap driver. Hal ini tidak menjadi problem di home audio dimana speaker dan crossover sudah pada settingan yang tepat.

So, DRC yang applicable untuk car audio jauh lebih sulit di implementasikan.
Bukan berarti tidak bisa ya...

Digital Room Correction: The Wave Of The Future

Dengan DRC, sistem audio playback dirumah kita akan semakin mendekati suara benar. Suara yang di inginkan oleh artis dan recording engineer nya.
Jika selama ini kita merasa sistem kita sudah OK, silahkan coba menggunakan DRC.
Anda mungkin akan kaget bahwa selama ini lagu dan artis yang kita sayangi ternyata bisa jadi tidak seperti yang selama ini kita dengar.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip tulisan dari RegonAudio.

"A revolution is about to happen. And I don't mean one of the small improvements or little steps forward, backward, or sideways that are often dubbed revolutionary in audio, at least by their progenitors. This is going to be a real revolution. In my opinion, this is going to be the most significant step forward in the reproduction of music in the home since the invention and practical realization of stereo: "

Speaker Dan Interaksi Dengan Ruangan

Ruangan. Bagian Terlemah Dalam Audio.

Pada tulisan-tulisan sebelumnya pernah kita bahas mengenai kriteria pemilihan speaker yang baik berdasarkan spesifikasi teknis yang diberikan oleh manufaktur speaker tersebut.

Hmm, mungkin saat ini Anda sedang bertanya-tanya mengapa hampir semua spesifikasi speaker, terutama frequency response (amplitude response) itu selalu terlihat flat.
Lalu kalau semua terlihat flat, mengapa harga nya bisa berbeda jauh sekali, dan juga setelah terpasang ternyata suara setiap speaker koq jadi berbeda ya?

Tulisan ini akan membahas faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas suara akhir yang kita dengar. Faktor tersebut adalah ruangan tempat kita mendengarkan.
Ya, Anda tidak salah membaca nya.
Ketika semua faktor/spesifikasi elektronik sudah kita perhitungkan dengan matang , maka faktor yang paling mempengaruhi bagaimana speaker dan sistem audio kita akan bersuara adalah ruangan nya.

Loh? Ruangan kan bukan komponen elektronik?
Benar. Ruangan adalah "komponen akustik". Dan mau tidak mau, kita selalu mendengarkan suara didalam ruangan. Entah itu kabin mobil, kamar tidur, kamar mandi, ruang khusus sound system, hingga ruangan yang sangat besar seperti hall maupun tempat terbuka.

Tidak percaya? Ada cara pengujian yang paling sederhana.
Pasang speaker Anda di ruang biasa seperti kamar tidur maupun ruang khusus audio Anda. Perhatikan suaranya.
Lalu pindahkan speaker tersebut ke kamar mandi. Dengarkan suaranya.
Beda kan? Jauh? Pasti.

That's the effect of speaker and room interaction.

Lalu bagaimana dengan spesifikasi teknis speaker yang menunjukkan bahwa speaker saya hebat, terlihat flat.
Hehe, manufaktur speaker selalu mengukur speaker nya dalam ruangan anechoic chamber. Ruangan yang tidak bergema.

Akan sangat sulit bahkan mustahil bagi manufakturer untuk menyajikan spesifikasi response sesuai dengan ruangan tempat kita akan mendengarkan nya. Jelas karena manufakturer tidak tahu dimana Anda akan meletakkan nya. Berapa ukuran ruangan Anda, bagaimana bentuknya, dan apa saja yang ada didalamnya.
Semua berpengaruh terhadap suara :)

Perbedaan yang muncul ketika speaker ditaruh didalam ruang dengar kita bisa sejauh +/- 20dB! Bayangkan.
Perhatikan hasil pengukuran dibawah ini.
Garis hitam adalah spesikasi ketika speaker ditaruh didalam anechoic chamber. Sementara merah adalah ketika diukur didalam ruangan. Berbeda jauh bukan?

Untuk ruangan yang berbentuk kotak, problem dalam ruangan itu bisa dikalkulasi dengan cukup mudah.
Misalkan kita menaruh speaker kita diruangan berukuran 3x3x3 meter.
Maka ruangan itu akan menyebabkan problem pada frekuensi: 57 Hz, 113, 170 dan 226Hz.
Lebih detailnya lagi, ruangan akan menambah frekuensi 57Hz sebanyak 20dB dan mengurangi frekuensi 113Hz sebanyak -16dB. Jadi spesifikasi speaker yang flat tadi sudah lenyap ditelan ruangan :)

Itu baru efek dari ruangan nya saja, bagaimana dengan interior didalam nya? Posisi penempatan speaker? Posisi pendengar? Sangat kompleks untuk dihitung.

Apa Obatnya?
Ahli akustik yang bekerja terutama di studio sudah menyadari ini sejak lama.
Mereka sering menempatkan piranti akustik untuk membantu memperbaiki efek dari ruangan, misalnya dengan menggunakan bass trap, difuser, dan sebagainya.

Apakah hal ini bersifat praktis? Ya, mungkin kalau ruangan kita adalah ruangan khusus atau ruangan studio, maka menggunakan alat bantu akustik bisa dilakukan.
Namun bagaimana jika kita mendengarkan di mobil misalnya? Atau di ruang keluarga?
Tidak mungkin kita menaruh bass trap di kaca mobil bukan?

Lalu bagaimana memperbaiki nya?
Dengan teknologi digital! Ya, jaman sudah semakin maju. Sekarang dengan teknologi digital maka problem yang tercipta karena ruangan akan bisa dengan lebih mudah diatasi.

Problem dengan ruangan ini jugalah yang membuat beberapa audiophile bahkan pekerja di studio mempercayai headphone (dengan segala problem soundstage nya). Simply karena headphone tidak perlu berinteraksi dengan ruangan - melainkan langsung terpasang di telinga kita.

Mari kita telaah sedikit proses recording hingga playback yang terjadi:

Rekaman dilakukan di suatu ruang tersendiri. Sound engineer, mastering engineer mendengarkan di ruangan lain. Begitu kita beli lagu tersebut kita mendengarkan di ruangan lain pula.
Total chaos! Ngga heran kalau jadi mastering engineer itu susah :) Mereka perlu memprediksi bagaimana hasil rekaman mereka akan berbunyi pada kebanyakan target pasar nya.

Untunglah teknologi digital sudah semakin maju.
Kesulitan tersebut bisa sedikit banyak diatasi dengan processor yang disebut Digital Room Correction atau disingkat DRC.

Wednesday, November 17, 2010

Introducing "The Beast!" Car Audio Processor II

Nah sekarang kita masuk ke bagian fitur dan spesifikasi teknis processor ini.

Input:
  • Stereo RCA connector, max 8V
Output:
  • 2x4 RCA connector, max 2.5V
Control:
  • 2x USB port
Power supply:
  • 12V, negative ground
  • 12V remote connector
Crossover:
  • 2x4 channel all bandpass capability.
  • 1 Hz precision
  • 1,2,3,4,5,6,7,8 order butterworth (6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48 dB/octave)
  • 2,4,8 order linkwitz-rilley (12,24,48db/octave)
Time alignment:
  • True digital time delay
  • 2x4 time delay max 2.5ms.
  • 0.02ms precision
Sebagai syarat agar processor ini mumpuni untuk dijadikan sebuah digital room correction (DRC) maka dibutuhkan tingkat ke-presisi-an yang tinggi.
Pada bagian crossover 1Hz precision sudah sangat cukup, sementara untuk time delay yang presisi hingga 0.02ms juga sudah sangat baik.
Untuk bagian equalizer nya, internally processor ini memiliki 2x36 independent L/R full parametric EQ. Presisi hingga 1Hz dengan gain yang presisi hingga antara -12 dan 12dB presisi 1/10. Untuk faktor Q range berkisar dari 0.50 hingga 50.0 presisi 1/10.

Dengan kemampuan processor yang ultra presisi itu, maka seluruh fitur yang disediakan oleh processor ini dibungkus kedalam sebuah software dan metoda tuning yang betujuan untuk mengkoreksi problem karena akustik ruangan, atau istilah keren nya digital room correction.

Ini artinya fitur2 diatas tidak di-expose kepada pengguna, melainkan menjadi fitur built-in yang sudah di-set sesuai dengan kondisi sistem audio terpasang beserta kabin mobilnya.

Oleh karena prosedur tuning dan setting yang cukup rumit, maka processor ini hanya bisa disetting oleh saya beserta rekan2 saja, he he he :)
Jadi processor ini akan bekerja tidak seperti kebanyakan processor mobil yang ada di pasaran.
Kalau processor car audio kebanyakan hanya menyediakan TA, crossover dan 31 band EQ (yang tidak terlalu presisi), maka processor ini jauh melebihi semua kemampuan itu.

Anda tidak akan menemukan user interface apapun didalam processor ini. Semua diatur 1x melalui laptop ketika terpasang dan diukur keadaan akustik kabin nya. Setelah semua di set, maka processor ini langsung bekerja tanpa perlu campur tangan apapun dari pengguna nya. Istilah nya "set and forget. Just enjoy the music"

Okay, mudah2an informasi nya cukup detail dan membantu kita semua.
Jika Anda ingin mengetahui apa itu DRC, saya sarankan untuk googling saja "Digital Room Correction".
Sebuah teknologi yang sudah dirasakan kebutuhannya dari puluhan tahun lalu, namun baru sampai ke level customer seperti kita dalam beberapa tahun belakangan - terutama untuk kalangan pro audio dan high-end home audio saja.

Untuk di mobil? DRC = The Beast!
Great sound is yours now!