Thursday, April 29, 2010

Bagaimana Menjadi Seorang Audiophile - Part II

Ok, let's start.

Mari kita perhatikan perbedaan antara musisi sebagai pembuat musik dengan seorang (calon) audiophile yang akan mendengarkannya. 

Musisi memiliki alat musik yang dia tune hingga suaranya baik dan benar.
Menurut musisi, suara yang baik dan benar itu adalah suara yang tidak false, nada nya sesuai dengan lagu yang dia mainkan, dan memiliki karakter suara yang sesuai dengan lagunya. Misalnya: gitaris metal justru suka suara gitar yang terdistorsi. Sementara gitaris klasik mungkin menyukai suara gitar tanpa efek.
Both are correct sound to them.

Bagaimana dengan audiophile?
Audiophile yang notabene mendengarkan musik dari perangkat elektronik HARUS berpegang teguh pada prinsip prinsip suara secara elektronik. Artinya: PURE SCIENCE - NO MYTH!
(Sorry untuk yang masih mendengarkan musik melalui kotak musik berpegas ya... ini ngga masuk terminologi audiophile :D)

Dalam ilmu tentang suara yang sudah ditelaah selama ratusan tahun, suara secara elektronik HANYA ditentukan oleh 4 faktor berikut:


(okay, jitter umurnya belum ratusan tahun)

Again, No myth involved! Jangan terperangkap oleh perkataan magis layaknya dari seorang dukun audio.

Ke-4 parameter penentu kualitas kebenaran audio system sudah disebutkan.
Penjelasan lebih detailnya rasanya pernah saya tulis juga di artikel2 sebelumnya.

The point is: kuasai 4 itu, dan Anda telah menjadi audiophile.

Pada tulisan saya berikutnya akan coba dijelaskan pentingnya blind test, dan bagaimana reaksi otak dan telinga kita ketika kita melihat, membaca apalagi mengetahui harga suatu perangkat yang merupakan faktor eksternal (di luar ke-4 faktor secara science diatas)

I guarantee that the next post will open your mind on how those external factors reflect to what we think we hear.

0 comments:

Post a Comment