Monday, November 29, 2010

DRC. Digital Room Correction

Sekarang jelas kiranya bahwa ruangan memiliki pengaruh sangat signifikan terhadap hasil akhir suara.
Bayangkan, pada ruangan 3x3x3 meter tadi, selisih amplitudo dalam frekuensi tertentu bisa mencapai 36dB!

Belum lagi efek dari interior, penempatan speaker, posisi duduk... terlalu banyak faktor yang harus diperhitungkan.

Nah untuk yang tertarik mempelajari akustik ruangan dan mensimulasikan nya, saya biasa menggunakan software bernama EASE. License nya sekitar 30jt rupiah. Namun very worth to try :)


Anda bisa menghubungi saya kalau ingin melihat bagaimana EASE bekerja.
30jt untuk software terdengar mahal? Itulah harga yang harus dibayar untuk "belajar".

Ada solusi lain yang lebih murah? Jelas sudah ada. Untungnya saya menulis artikel ini di tahun 2010 dimana teknologi sudah maju. Kalau saya menulis 5 tahun lalu, mungkin teknologi nya belum banyak tersedia he he he :)

Ok, let's get to the point.

Dewa Penyelamat: Digital Room Correction

Apabila Anda seperti saya, yang hanya ingin mendengarkan musik dengan nyaman di tempat yang kebetulan sudah jadi maka EASE tidak terlalu diperlukan. EASE lebih cocok jika Anda memang sering terlibat pada project pembangunan ruangan untuk keperluan auditorium.

Nah, bagaimana kalau kita ingin mendapatkan suara terbaik di sistem yang sudah kita miliki, dan didalam ruangan yang sudah jadi juga. Sebutlah misalnya kabin mobil. Anda tidak ingin merubah bentuk mobil Anda supaya suara nya enak bukan?

Mari kita kembali pada permasalahan utama kita. Speaker dan ruangan.
Speaker yang diukur bagus oleh manufakturer nya ternyata bersuara tidak optimal karena ruangan kita (pada posisi ini jelas manufakturer tidak ingin dipersalahkan hehehe).

Wait... Coba ulangi lagi: speaker dan ruangan.
Hmm, speaker dan ruangan... speaker dan ruangan.
Presto!!! Kenapa kita tidak melakukan perbaikan nya pada ruangan kita sendiri saja secara langung?

BENARRRR... Daripada pusing berpikir kesana kemari. Lakukan saja pengukuran dan perbaikan didalam ruangan tempat kita akan mendengarkan nya. Simpel banget kan?

Sayangnya, sesuatu yang simpel diucapkan seringkali sulit untuk di implementasikan :)
Untunglah teknologi sudah maju. Sekarang banyak dijual device berjudul digital room correction.

Ya, sesuai dengan namanya "Digital Room Correction". Device ini bekerja pada domain digital dan bertujuan untuk memperbaiki suara didalam ruangan kita. Karena dia bekerja pada domain digital, sudah pasti processor terlibat disini.
Oleh karena itu biasanya DRC juga disebut digital room processor... ya yang namanya mirip2 lah....
Tujuan nya sama: memaksimalkan kualitas audio Anda didalam ruangan.

Sejatinya device DRC yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki alat ukur yang presisi untuk in-room response
2. Memiliki software baik itu built-in atau di install di laptop untuk menganalisa hasil pengukuran yang dilakukan pada point 1.
3. Memiliki hardware yang capable untuk memperbaiki issue yang ditemukan yang antara lain berada pada domain:
  • time and phase issue
  • amplitude response
Jadi sebuah DRC bukan hanya sebuah device melainkan proses yang harus diikuti. Mulai dari pengambilan data, analisa hingga implementasi nya.
Tujuan utama nya hanya satu: memaksimalkan sistem audio didalam ruangan.
Tentu saja DRC tidak bisa memunculkan yang tidak ada. Misalnya sistem audio Anda hanya terdiri dari sebuah subwoofer. Jangan harap dengan DRC maka suara gemerincing cymbal akan muncul. That's not possible :)

DRC. Just Another Equalizer?

Hmm, pertanyaan yang sulit dijawab oleh awam namun akan mudah jika sudah membaca artikel ini dari awal :)

Pertama-tama mari kita lihat kembali kenapa semua problem speaker dan ruangan tersebut bisa muncul.
1. Karena efek dari ruangan
2. Efek dari placement speaker
3. Efek dari posisi pendengar.

Apakah efek dari ruangan bisa diperbaiki dengan EQ? Ya dan tidak. Bagian ini cukup detail untuk yang mana yang bisa dan mana yang tidak. Kalau ingin tahu bisa contact saya langsung saja.

Apakah efek dari placement speaker dan posisi pendengar bisa diperbaiki oleh EQ? Tentu tidak.
Issue nya disini bukan hanya frekuensi speaker yang tidak merata, namun juga waktu kedatangan suara yang berbeda.

So, simply put. DRC is not just another EQ. Tapi setiap DRC secara internal akan memiliki EQ. Dan bukan sekedar EQ, melainkan harus EQ yang ultra presisi.
Seperti contoh problem di ruangan 3x3x3m tadi.  Untuk memperbaiki nya DRC harus memiliki EQ di frekuensi 57,113,170 dan 226Hz. Jangan sampai EQ malah merusak frekuensi yang lain!

DRC is very complex.

DRC tidak hanya memperhitungkan amplitude response. DRC yang baik harus mengetahui penyebab anomali response tersebut. Sebut saja faktor seperti impulse response, group delay, decay time.
DRC dipenuhi oleh perhitungan matematis didalamnya. Trust me, it's a very complex calculation.
DRC akan sangat sulit untuk disimulasikan secara manual dengan beberapa tombol pengaturan.

Mari kita lihat kembali gambar in-room response dari sebuah sistem speaker:

DRC akan memperhitungkan titik-titik mana pada garis merah yang bisa dikoreksi agar hasil kembali mendekati garis hitam sebagai tujuan akhir.

Setelah menggunakan DRC merk tertentu, maka in-room amplitude response menjadi seperti ini:


Seperti bisa kita lihat, hasil nya tetap tidak seperti garis hitam yang smooth.
Ada hal-hal yang bisa dan perlu dikoreksi oleh DRC, namun ada juga hal-hal yang tidak atau malah jangan diperbaiki oleh DRC. Semuanya menjadi parameter sebuah DRC.
Again, DRC is not just an EQ.

DRC vs RTA

Problem yang ditemukan dalam speaker dan ruangan banyak yang tidak bisa terukur dengan RTA.
RTA hanya memperhitungkan amplitude response akhir. RTA tidak bisa memilih dan menunjukkan apakah problem berasal dari reflection, external noise, mic position dan sebagainya.

Sebagai contoh hasil pengukuran RTA:


Kalau kita berpatokan hanya pada RTA, mencoba "meratakan" amplitude response dengan EQ hasilnya bisa menjadi berantakan. Bukan nya meratakan malah berantakan.

Seperti pada gambar sebelumnya diatas, DRC yang baik juga mampu memilah-milah problem mana yang bisa dan perlu di fix, dan mana yang tidak perlu. RTA dan EQ saja tidak bisa melakukan ini.
Perlu ada brainware dan tools yang lebih lengkap daripada hanya sebuah RTA untuk menentukan problem akustik.

DRC: Set And Forget

Digital room correction berbeda dengan tools lain nya yang selama ini kita ketahui.
DRC bekerja untuk menyesuaikan sistem audio kita dengan ruangan.
Begitu sudah sesuai, maka tidak perlu dan tidak ada lagi yang bisa di kalibrasi. Hal ini berlaku untuk semua DRC yang ada di pasaran.

Tapi tentu saja kalau kita ingin melakukan re-kalibrasi, atau menaruh sistem audio kita di ruangan lain kita dapat mengulangi proses DRC tersebut.

Bagaimana Dengan Mobil?

Well, mobil adalah case khusus dalam dunia audio. Jika DRC biasanya hanya melakukan pengukuran sistem speaker secara sekaligus (woofer, midrange, tweeter). Maka di mobil hal itu tidak bisa dilakukan.
Hal ini disebabkan karena jarak dan lokasi penempatan maupun arah woofer, midrange, tweeter maupun subwoofer sering tidak seragam.

Belum lagi problem di crossover setiap driver. Hal ini tidak menjadi problem di home audio dimana speaker dan crossover sudah pada settingan yang tepat.

So, DRC yang applicable untuk car audio jauh lebih sulit di implementasikan.
Bukan berarti tidak bisa ya...

Digital Room Correction: The Wave Of The Future

Dengan DRC, sistem audio playback dirumah kita akan semakin mendekati suara benar. Suara yang di inginkan oleh artis dan recording engineer nya.
Jika selama ini kita merasa sistem kita sudah OK, silahkan coba menggunakan DRC.
Anda mungkin akan kaget bahwa selama ini lagu dan artis yang kita sayangi ternyata bisa jadi tidak seperti yang selama ini kita dengar.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip tulisan dari RegonAudio.

"A revolution is about to happen. And I don't mean one of the small improvements or little steps forward, backward, or sideways that are often dubbed revolutionary in audio, at least by their progenitors. This is going to be a real revolution. In my opinion, this is going to be the most significant step forward in the reproduction of music in the home since the invention and practical realization of stereo: "

Speaker Dan Interaksi Dengan Ruangan

Ruangan. Bagian Terlemah Dalam Audio.

Pada tulisan-tulisan sebelumnya pernah kita bahas mengenai kriteria pemilihan speaker yang baik berdasarkan spesifikasi teknis yang diberikan oleh manufaktur speaker tersebut.

Hmm, mungkin saat ini Anda sedang bertanya-tanya mengapa hampir semua spesifikasi speaker, terutama frequency response (amplitude response) itu selalu terlihat flat.
Lalu kalau semua terlihat flat, mengapa harga nya bisa berbeda jauh sekali, dan juga setelah terpasang ternyata suara setiap speaker koq jadi berbeda ya?

Tulisan ini akan membahas faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas suara akhir yang kita dengar. Faktor tersebut adalah ruangan tempat kita mendengarkan.
Ya, Anda tidak salah membaca nya.
Ketika semua faktor/spesifikasi elektronik sudah kita perhitungkan dengan matang , maka faktor yang paling mempengaruhi bagaimana speaker dan sistem audio kita akan bersuara adalah ruangan nya.

Loh? Ruangan kan bukan komponen elektronik?
Benar. Ruangan adalah "komponen akustik". Dan mau tidak mau, kita selalu mendengarkan suara didalam ruangan. Entah itu kabin mobil, kamar tidur, kamar mandi, ruang khusus sound system, hingga ruangan yang sangat besar seperti hall maupun tempat terbuka.

Tidak percaya? Ada cara pengujian yang paling sederhana.
Pasang speaker Anda di ruang biasa seperti kamar tidur maupun ruang khusus audio Anda. Perhatikan suaranya.
Lalu pindahkan speaker tersebut ke kamar mandi. Dengarkan suaranya.
Beda kan? Jauh? Pasti.

That's the effect of speaker and room interaction.

Lalu bagaimana dengan spesifikasi teknis speaker yang menunjukkan bahwa speaker saya hebat, terlihat flat.
Hehe, manufaktur speaker selalu mengukur speaker nya dalam ruangan anechoic chamber. Ruangan yang tidak bergema.

Akan sangat sulit bahkan mustahil bagi manufakturer untuk menyajikan spesifikasi response sesuai dengan ruangan tempat kita akan mendengarkan nya. Jelas karena manufakturer tidak tahu dimana Anda akan meletakkan nya. Berapa ukuran ruangan Anda, bagaimana bentuknya, dan apa saja yang ada didalamnya.
Semua berpengaruh terhadap suara :)

Perbedaan yang muncul ketika speaker ditaruh didalam ruang dengar kita bisa sejauh +/- 20dB! Bayangkan.
Perhatikan hasil pengukuran dibawah ini.
Garis hitam adalah spesikasi ketika speaker ditaruh didalam anechoic chamber. Sementara merah adalah ketika diukur didalam ruangan. Berbeda jauh bukan?

Untuk ruangan yang berbentuk kotak, problem dalam ruangan itu bisa dikalkulasi dengan cukup mudah.
Misalkan kita menaruh speaker kita diruangan berukuran 3x3x3 meter.
Maka ruangan itu akan menyebabkan problem pada frekuensi: 57 Hz, 113, 170 dan 226Hz.
Lebih detailnya lagi, ruangan akan menambah frekuensi 57Hz sebanyak 20dB dan mengurangi frekuensi 113Hz sebanyak -16dB. Jadi spesifikasi speaker yang flat tadi sudah lenyap ditelan ruangan :)

Itu baru efek dari ruangan nya saja, bagaimana dengan interior didalam nya? Posisi penempatan speaker? Posisi pendengar? Sangat kompleks untuk dihitung.

Apa Obatnya?
Ahli akustik yang bekerja terutama di studio sudah menyadari ini sejak lama.
Mereka sering menempatkan piranti akustik untuk membantu memperbaiki efek dari ruangan, misalnya dengan menggunakan bass trap, difuser, dan sebagainya.

Apakah hal ini bersifat praktis? Ya, mungkin kalau ruangan kita adalah ruangan khusus atau ruangan studio, maka menggunakan alat bantu akustik bisa dilakukan.
Namun bagaimana jika kita mendengarkan di mobil misalnya? Atau di ruang keluarga?
Tidak mungkin kita menaruh bass trap di kaca mobil bukan?

Lalu bagaimana memperbaiki nya?
Dengan teknologi digital! Ya, jaman sudah semakin maju. Sekarang dengan teknologi digital maka problem yang tercipta karena ruangan akan bisa dengan lebih mudah diatasi.

Problem dengan ruangan ini jugalah yang membuat beberapa audiophile bahkan pekerja di studio mempercayai headphone (dengan segala problem soundstage nya). Simply karena headphone tidak perlu berinteraksi dengan ruangan - melainkan langsung terpasang di telinga kita.

Mari kita telaah sedikit proses recording hingga playback yang terjadi:

Rekaman dilakukan di suatu ruang tersendiri. Sound engineer, mastering engineer mendengarkan di ruangan lain. Begitu kita beli lagu tersebut kita mendengarkan di ruangan lain pula.
Total chaos! Ngga heran kalau jadi mastering engineer itu susah :) Mereka perlu memprediksi bagaimana hasil rekaman mereka akan berbunyi pada kebanyakan target pasar nya.

Untunglah teknologi digital sudah semakin maju.
Kesulitan tersebut bisa sedikit banyak diatasi dengan processor yang disebut Digital Room Correction atau disingkat DRC.

Wednesday, November 17, 2010

Introducing "The Beast!" Car Audio Processor II

Nah sekarang kita masuk ke bagian fitur dan spesifikasi teknis processor ini.

Input:
  • Stereo RCA connector, max 8V
Output:
  • 2x4 RCA connector, max 2.5V
Control:
  • 2x USB port
Power supply:
  • 12V, negative ground
  • 12V remote connector
Crossover:
  • 2x4 channel all bandpass capability.
  • 1 Hz precision
  • 1,2,3,4,5,6,7,8 order butterworth (6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48 dB/octave)
  • 2,4,8 order linkwitz-rilley (12,24,48db/octave)
Time alignment:
  • True digital time delay
  • 2x4 time delay max 2.5ms.
  • 0.02ms precision
Sebagai syarat agar processor ini mumpuni untuk dijadikan sebuah digital room correction (DRC) maka dibutuhkan tingkat ke-presisi-an yang tinggi.
Pada bagian crossover 1Hz precision sudah sangat cukup, sementara untuk time delay yang presisi hingga 0.02ms juga sudah sangat baik.
Untuk bagian equalizer nya, internally processor ini memiliki 2x36 independent L/R full parametric EQ. Presisi hingga 1Hz dengan gain yang presisi hingga antara -12 dan 12dB presisi 1/10. Untuk faktor Q range berkisar dari 0.50 hingga 50.0 presisi 1/10.

Dengan kemampuan processor yang ultra presisi itu, maka seluruh fitur yang disediakan oleh processor ini dibungkus kedalam sebuah software dan metoda tuning yang betujuan untuk mengkoreksi problem karena akustik ruangan, atau istilah keren nya digital room correction.

Ini artinya fitur2 diatas tidak di-expose kepada pengguna, melainkan menjadi fitur built-in yang sudah di-set sesuai dengan kondisi sistem audio terpasang beserta kabin mobilnya.

Oleh karena prosedur tuning dan setting yang cukup rumit, maka processor ini hanya bisa disetting oleh saya beserta rekan2 saja, he he he :)
Jadi processor ini akan bekerja tidak seperti kebanyakan processor mobil yang ada di pasaran.
Kalau processor car audio kebanyakan hanya menyediakan TA, crossover dan 31 band EQ (yang tidak terlalu presisi), maka processor ini jauh melebihi semua kemampuan itu.

Anda tidak akan menemukan user interface apapun didalam processor ini. Semua diatur 1x melalui laptop ketika terpasang dan diukur keadaan akustik kabin nya. Setelah semua di set, maka processor ini langsung bekerja tanpa perlu campur tangan apapun dari pengguna nya. Istilah nya "set and forget. Just enjoy the music"

Okay, mudah2an informasi nya cukup detail dan membantu kita semua.
Jika Anda ingin mengetahui apa itu DRC, saya sarankan untuk googling saja "Digital Room Correction".
Sebuah teknologi yang sudah dirasakan kebutuhannya dari puluhan tahun lalu, namun baru sampai ke level customer seperti kita dalam beberapa tahun belakangan - terutama untuk kalangan pro audio dan high-end home audio saja.

Untuk di mobil? DRC = The Beast!
Great sound is yours now!

Introducing "The Beast!" Car Audio Processor

Setelah cukup lama berkutat menemukan formula terbaik dalam merakit car audio processor, Alhamdulillah akhirnya device yang dinanti-nantikan tiba :)

Introducing: "The Beast" Car Audio Digital Room Correction Processor.

Penampakan:

Input

Output
Sebelum menjelaskan fitur dan spesifikasi detail dari processor ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada "tim" yang banyak membantu hingga terselesaikan nya project The Beast ini.

Sudah jelas bahwa processor ini bukan hasil karya saya sendiri he he he. Banyak sekali rekan yang terlibat disini, mulai dari sesama hobbyist, Phd from many universities, musisi, hingga tim di studio rekaman pun ikut berkontribusi :)
  • Rekan2 penggila audio di modifikasi.com. You guys rock!
  • Bro Wendo atas dukungan dan kegilaannya pada audio. Can't really say how thankful i am.
  • Bro Sugeng Adhi, dan beberapa rekan lain yang turut bersedia menjadi beta tester :)
  • Dr. Sean Olive, Dr. Floyd Toole, Andy Wehmeyer at Harman. Big thanks buat semua tulisan dan informasi yang sangat2 inspiring!
  • Dr. Ethan Winer, Dr. Ivo Mateljan, John Mulcahy, Dr. Chris Kyriakakis. Well done!
  • Dr. Jeff, Erin, and guys from DIYMA
  • Moe Sabourin and judges from IASCA for teaching what and how correct sound can be achieved in car.
  • Sound and mastering engineers. From Musica Studio, Kang Fabby dan rekan2
  • People at Lightobject for their in time delivery :)
  • and many others yang ngga bisa disebutkan satu persatu...
Thank you so much guys!!!

Friday, August 20, 2010

"The Beast" - DIY Car Audio Processor II

Berikut adalah sekilas fitur yang ada disediakan oleh "The Beast".

Active Crossover:
  • Individual channel bandpass crossover with 1Hz precision.
    Kita bisa menentukan cutting pada frekuensi berapapun antara 20 Hz - 20000 Hz dengan tingkat presisi skala 1Hz. Artinya, kita bisa misalnya membuat crossover tweeter bandpass mulai dari 2519Hz hingga 20Khz. Tidak terbatas seperti pada kebanyakan crossover yang dibulatkan sampai 100, 500 atau 1000Hz.
  • 1st - 8th order crossover. Butterworth and Linkwitz Riley.
    Dengan 8th order crossover, cutting nya mencapai 48dB.
(Sample: crossover bandpass di 20Hz-73Hz/48dB dan bandpass 80Hz/48dB-20Khz)

Digital Time Delay
  • Independent individual channel with delay up to 7.5ms. Presisi hingga 0,02ms.
    Bandingkan dengan kebanyakan time delay yang hanya presisi sampai 2cm saja.
Parametric Equalizer
  • 36 band independent left right. Precision up to 1Hz and 2 decimal digit for gain and Q factor.
    Equalizer super presisi yang memungkinkan kita memberikan cut/boost hingga 12dB pada frekuensi apapun presisi sampai skala 1Hz. Artinya kita bisa melakukan EQ pada frekuensi 3017Hz.
    Tidak lagi ada batasan 3Khz, 3,15Khz, 4Khz... no no no.
    Processor ini membolehkan kita setting EQ pada frekuensi yang benar2 kita inginkan.
(Sample: EQ di 381Hz)

Ok, itu sekilas fitur nya selain fitur2 standar seperti independent level control, mute, polarity switch dkk.

Again, this is not a toy.

"The Beast" - DIY Car Audio Processor

Rasanya sudah cukup lama saya ngga menulis artikel baru di blog ini.
Nah, untuk rekan2 yang mengikuti forum http://www.modifikasi.com/ pasti sudah mengetahui project apa yang sedang saya kerjakan saat ini.

Ya, saya sedang membuat DIY Car Audio Processor :)

"Loh, kenapa harus buat processor sendiri?" Mungkin pertanyaan itu yang muncul di benak banyak orang.
Hmmm... kalau kita sudah pernah mendengar mobil yang menggunakan car audio processor yang dijual di pasaran, apakah Anda menyukai suaranya? He he he.

Saya tidak ingin berdebat masalah "keanehan" suara itu sampai2 banyak orang memberikan label "suara digital" vs "suara analog". Mungkin yang salah adalah installer dan setting nya, mungkin juga memang keterbatasan fasilitas yang ada di processor itu sendiri.

Anyway, saya tidak ingin spend money for nothing. Cukup dengar mobil2 yang sudah menggunakan car audio processor pasaran, dan saya terus terang tidak nyaman dengan kualitas akhirnya.

So, here it is. Saya coba buat sendiri saja :)

Chip utama car audio processor yang saya gunakan adalah dari Analog Device ADAU1701.
Berikut foto nya ketika sudah terpasang di car audio processor DIY:

Dan ini adalah block diagram processor nya:


Simply put: This is not a toy.
Infact, kemampuan audio nya jauh melebihi yang ada di hampir semua car audio processor yang ada saat ini.
Kalau ingin dibandingkan, fitur2 DIY Car Audio Processor ini sebanding dengan processor pro audio DBX seri 4800 yang harganya ehem sekitar 48jt :)

So stay tune...

Wednesday, August 11, 2010

Apakah Anda Mendengarnya? II

Okay,
saya harap Anda sudah mencoba mendengarkan file MP3 yang di post sebelumnya
(http://hobbyaudio.blogspot.com/2010/04/apakah-anda-mendengarnya.html)

Apa yang Anda dengar? Suara yang tidak jelas? Kumur2?
Begitu kan? He he he.

Itu adalah salah satu sisi audio dimana kita kadang2 tidak mendengar sesuatu jika tidak diberikan guidance terhadap apa yang seharusnya kita dengar.
Bahasa keren nya: "hearing steering".
Pendengaran kita bisa di-stir oleh petunjuk lain, baik itu orang lain, review majalah, bahkan harga :)

Dan hal inilah yang sering kali menjadi "senjata" saat kita menghadapi "audiophile wannabe".
Seringkali saya menemukan mereka bercerita panjang lebar tentang suara sistem audiophile yang kesan nya "wah". Padahal kalau kita tidak diberitahu faktor "wah" nya itu mungkin kita akan mendengar sistem yang biasa2 saja :D

So, trust your ear.
Saat kita audisi sebuah sistem, jangan terpengaruh apa yang diberitahu oleh orang lain.
Jujur saja pada diri kita tentang suara yang sedang kita dengarkan.
Kalau bagus ya bagus, kalau kita bilang jelek ya jelek aja :) Audio is personal.

Nah, kalau ada yang pingin tahu sebenarnya suara kumur2 apa itu (http://hobbyaudio.blogspot.com/2010/04/apakah-anda-mendengarnya.html)
silahkan contact saya ya.

Saya akan kasih guide dan pada saat Anda mendengarkan nya kembali, saya jamin Anda bisa mendengar sebuah lagu dari suara kumur2 itu :)

Friday, April 30, 2010

Apakah Anda Mendengarnya?

By request from a friend of mine, Steve, saya akan kaitkan post ini dengan posting sebelumnya: "Bagaimana Menjadi Seorang Audiophile".
Seperti sudah diceritakan sebelumnya, terdapat faktor2 lain yang dapat mempengaruhi "pendengaran" seseorang.

Faktor2 lain itu antara lain adalah:
1. Review yang Anda baca
2. Perkataan rekan Anda
3. Harga barang
dan masih banyak lagi...

Untuk menjadi seorang audiophile sejati, kita harus mampu meminimalisir semua faktor lain tersebut.
Ingat, fokus seorang audiophile seharusnya hanya pada 4 faktor suara seperti dijelaskan pada posting sebelumnya.

Namun demikian, tetap saja faktor lain ini akan tetap berpengaruh jika kita sudah mengetahui dan memikirkannya. Tidak peduli secerdas apa kita, seobyektif apa kita, faktor lain tersebut akan tetap berpengaruh.

Tidak percaya?

Coba download dan dengarkan potongan music berikut ini:

Test Pendengaran.mp3

Jujur lah kepada diri kita sendiri. Apa yang kita dengar dari potongan music tersebut?

Biar seruuu, petunjuk nya akan saya tulis di posting berikutnya :D :D :D
Jangan lupa, coba dengarkan music pada sistem apapun. Headphone murah, speaker komputer Anda, atau sistem audio yang ratusan juta. Silahkan dicoba.

Dan beritahu saya apa yang Anda dengar...

Thursday, April 29, 2010

Bagaimana Menjadi Seorang Audiophile - Part II

Ok, let's start.

Mari kita perhatikan perbedaan antara musisi sebagai pembuat musik dengan seorang (calon) audiophile yang akan mendengarkannya. 

Musisi memiliki alat musik yang dia tune hingga suaranya baik dan benar.
Menurut musisi, suara yang baik dan benar itu adalah suara yang tidak false, nada nya sesuai dengan lagu yang dia mainkan, dan memiliki karakter suara yang sesuai dengan lagunya. Misalnya: gitaris metal justru suka suara gitar yang terdistorsi. Sementara gitaris klasik mungkin menyukai suara gitar tanpa efek.
Both are correct sound to them.

Bagaimana dengan audiophile?
Audiophile yang notabene mendengarkan musik dari perangkat elektronik HARUS berpegang teguh pada prinsip prinsip suara secara elektronik. Artinya: PURE SCIENCE - NO MYTH!
(Sorry untuk yang masih mendengarkan musik melalui kotak musik berpegas ya... ini ngga masuk terminologi audiophile :D)

Dalam ilmu tentang suara yang sudah ditelaah selama ratusan tahun, suara secara elektronik HANYA ditentukan oleh 4 faktor berikut:


(okay, jitter umurnya belum ratusan tahun)

Again, No myth involved! Jangan terperangkap oleh perkataan magis layaknya dari seorang dukun audio.

Ke-4 parameter penentu kualitas kebenaran audio system sudah disebutkan.
Penjelasan lebih detailnya rasanya pernah saya tulis juga di artikel2 sebelumnya.

The point is: kuasai 4 itu, dan Anda telah menjadi audiophile.

Pada tulisan saya berikutnya akan coba dijelaskan pentingnya blind test, dan bagaimana reaksi otak dan telinga kita ketika kita melihat, membaca apalagi mengetahui harga suatu perangkat yang merupakan faktor eksternal (di luar ke-4 faktor secara science diatas)

I guarantee that the next post will open your mind on how those external factors reflect to what we think we hear.

Bagaimana Menjadi Seorang Audiophile (Bukan Audiophool)?

Guys,
setelah lama ngga nulis di blog, sekarang gw akan mencoba membahas audiophile vs audiophool.
Dan bagaimana menjadi salah satu diantara ke-2 nya.

Terminologi audiophool sendiri sebenernya baru gw denger beberapa bulan lalu :D

Menurut urban dictionary, audiophool adalah:

"One who spends mass amounts of cash on ridiculous Audio components and accessories. They truly believe they can tell a difference, and come up with elaborate excuses to justify these purchases."

Mudah kan jadi audiophool? Tinggal beli barang audio mahal dan berharap suaranya bagus.
Bagian yang sulitnya mungkin dalam hal mencari uangnya.
But heck, blog ini bukan blog yang.membahas mengenai cara mencari uang.
So, bagian cari uangnya saya skip ya :)

Yang sulit, atau lebih tepatnya saya bilang "seakan-akan dibuat sulit dan menjadi God's gift untuk orang orang tertentu saja" adalah menjadi seorang audiophile.
Audiophile dalam konteks tulisan ini adalah seseorang yang mampu mengenali suara yang baik dan benar.

Mohon jangan disamakan dengan jenis musik audiophile yang sering kita temukan di toko CD.
Seorang audiophile tidak terkait dengan selera musik yang dia senangi. Mungkin dia senang dangdut, keroncong, metal, jazz, atau malah mungkin suka semuanya selama suaranya baik dan benar.

Lantas bagaimana sih suara yang baik dan benar?
Suara yang baik dan benar adalah suara yang kita dengarkan langsung dari sumbernya tanpa melalui proses elektronik, atau bahasa Jawa nya: non-amplified live event.
Mudah kan?

Yup, mudah untuk orang2 yang berkesempatan bertemu langsung, atau menonton live penyanyi maupun grup band yang dia sukai. Sayangnya mayoritas dari kita tidak pernah mendengarkan penyanyi kesayangannya secara langsung.

Lalu bagaimana kita bisa menilai suara itu baik dan benar padahal kita tidak pernah dengar suara aslinya seperti apa?
Jawabnya: mudah juga. Kita cukup memahami faktor2 yang menentukan kualitas suara yang di-reproduksi oleh peralatan elektronik.

So, jangan kuatir kalau Anda merasa punya kuping yang standar. Itukan hanya perasaan Anda saja.
Padahal Sang Pencipta sudah menciptakan telinga kita dengan sebaik mungkin!
Yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang apa yang seharusnya kita dengarkan sewaktu mendengarkan sistem. Dan tentu saja percaya diri yang tinggi untuk mengatakan "saya juga audiophile".

Ok, detail faktor2 nya akan kita bahas di tulisan selanjutnya ya.
Stay tuned. And don't be like an audiophool !!!

Friday, February 19, 2010

Bagaimana Memilih Speaker ? Bagian II

Nah sekarang kita telaah lebih detail mengenai frequency response chart.
Basically, frequency response chart menggambarkan karakteristik speaker (dB SPL, tingkat kekerasan suara) dalam rentang frekuensi tertentu. Tentu hal ini jauh lebih menggambarkan bagaimana suara speaker tersebut daripada hanya membaca frequency range saja.

Penting: freq. resp. chart biasanya diukur dalam ruangan khusus (anechoic/semi anechoic chamber). Jadi tidak perlu kuatir jika ketika kita ukur diruangan kita hasilnya bisa berbeda. 
Lah? Lantas untuk apa kita pelajari freq. resp. chart kalau suaranya bakal berbeda?
Pertanyaan bagus! Freq. resp. chart penting untuk mengetahui potensial/kemampuan maximum speaker kita. Jadi kita tidak perlu repot2 mencoba sesuatu yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh speaker kita.

Ibaratnya apabila kita mengendarai kendaraan dengan speedometer hanya sampai 120km/h. Kita tidak perlu repot menginjak pedal gas dalam dalam, karena kemampuan maximum kendaraan itu hanya sampai 120km/h.
Got the point?

Dari sebuah frequency response chart yang baik, kita bisa mendapatkan paling tidak 2 parameter penting: tonal dan dispersi suara. Dispersi suara sangat menentukan penempatan speaker kita. Jika dispersi suara sempit, maka speaker hanya akan terdengar bagus di lokasi/sweet spot yang sempit pula. Sementara dengan dispersi suara yang lebar, speaker bisa didengarkan dengan nyaman di lokasi yang lebih luas (sweet spot lebih besar).

Mari kita pelajari freq. resp. chart berikut:


Bagian kuning menggambarkan area sub-bass, hijau adalah bass, cyan adalah mid freq. dan ungu adalah high freq.
Dari freq. resp. chart diatas kita bisa melihat bahwa speaker tidak mampu memainkan nada sub-bass dengan baik - yang ditandai dengan kurva yang menurun drastis pada freq kurang dari 60Hz.
Sementara untuk range bass hingga midrange, speaker mereproduksi suara dengan baik - tidak ada turunan/tanjakan curam kecuali di frekuensi 4Khz.
Dan untuk nada tinggi, speaker ini tidak cocok untuk digunakan karena memiliki turunan curam setelah 4Khz.

Bagaimana suara speaker ini jika kita hanya melihat freq. resp. chart saja?

1. Suara akan terdengar natural di freq bass hingga midrange, dengan sedikit tajam pada high-mid. Relasikan keterangan ini dengan gambar kurva yang nyaris datar dan menaik pada 4Khz.
2. Speaker memiliki dispersi suara yang baik hingga posisi pendengar 30 derajat dari speaker. Relasikan ini dengan kurva 0 derajat dan 30 derajat yang nyaris 100% sama hingga frekuensi 4Khz. (0 derajat berarti speaker dan pendengar berhadap-hadapan langsung. Sementara 30 derajat berarti pendengar berada di kiri/kanan speaker sebesar 30 derajat)
3. Speaker akan tedengar "punchy". Relasikan dengan nada rendah hingga 60Hz yang masih dapat dimainkan oleh speaker ini meskipun sudah mulai kehilangan tenaganya (kurva menurun)
4. Speaker akan terdengar "tajam" jika dipaksakan untuk memainkan nada 4-6Khz. Kurva naik tajam di 4-6Khz.
5. Speaker akan terdengar dull jika memainkan nada diatas 8Khz. Relasikan ini dengan kurva menurun pada >8Khz

Sekarang apakah Anda bisa menebak jenis speaker apakah yang memiliki response diatas?

BENAR.
Response diatas adalah response sebuah woofer/midbass yang applicable untuk 2 way dan 3 way dengan posisi jauh dari pendengar (30 derajat). Jangan coba2 menjadikan speaker ini untuk menggantikan tweeter Anda :)

Gampang bukan? Jadi memahami suara speaker cukup dengan melihat freq. resp. chart bisa kita lakukan sendiri.

Nah sekarang ada beberapa freq. resp. chart dari speaker-speaker lain. Yuk, mari kita telaah...
(Garis putus-putus adalah chart pada 30 derajat off-axis).

 
Speaker A
 
Speaker B


Speaker C

Sedikit quiz ya?
Mari kita coba jawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

1. Q: Manakah speaker yang paling enak didengarkan baik langsung dihadapan nya maupun di samping nya?
A: Speaker A. Perhatikan kurva 0 dan 30 yang tidak terlalu berbeda jauh dibandingkan dengan speaker lainnya.

2. Q: Speaker mana yang memiliki suara vokal laki-laki terberat?
A: Speaker B. Perhatikan kurva disekitar 100Hz (nada bass) yang menaik (bukit)

3. Q: Speaker mana yang suara cymbal nya akan terdengar hilang kalau didengarkan dari samping?
A: Speaker B. Perhatikan kurva menurun pada frekuensi 10000Hz keatas di 30 derajat.

4. Q: Speaker mana yang suara lengkingan vokal wanita akan terdengar berbeda jika pendengar berada pada posisi berhadapan dengan speaker dan pada posisi disamping speaker?
A: Speaker C. Perhatikan perbedaan kurva 0 dan 30 derajat di frekuensi 3000-5000Hz yang sangat berbeda.

5. Q: Speaker mana yang selayaknya memiliki harga paling mahal? :D
A: Speaker A. Freq. resp. chart mendekati sempurna baik untuk posisi pendengar berhadapan maupun menyamping. Dan memang benar, speaker A memiliki price tag paling tinggi diantara ke-3 speaker diatas.

Jika Anda seperti saya yang mendambakan speaker bersuara baik, maka urut-urutan pilihan jatuh pada speaker A, B kemudian C. Sayangnya harga tidak selalu bersesuaian dengan kualitas suara (baca lagi artikel cara menilai kualitas audio). Di pasaran urut-urutan harga dari yang termahal hingga termurah adalah: speaker A,C baru B.

Bagaimana Memilih Speaker?

Pada tulisan sebelumnya, kita sudah bahas bagaimana memilih head unit untuk mobil. Nah pada tulisan ini kita akan membahas bagaimana kita memilih loudspeaker yang baik. Tidak seperti pemilihan head unit yang hanya berlaku untuk mobil, pemilihan speaker sifatnya general - berlaku baik untuk pemakaian di rumah maupun di kendaraan, bahkan di studio rekaman sekalipun.

Sebelumnya saya harus beritahukan ini terlebih dahulu:

Pemilihan speaker yang baik membutuhkan pengertian dan kemampuan membaca spesifikasi teknis dan mengartikannya (membayangkannya) menjadi suara yang tepat. Kita tidak mungkin menilai speaker hanya dengan mendengarkan di satu sistem saja. Mengapa demikian? Karena audio adalah seperti sebuah mata rantai. Semua komponen berpengaruh. Speaker yang terdengar bagus di demo toko favorit Anda bisa jadi bersuara buruk begitu dipasang di rumah yang menggunakan komponen lain yang berbeda. Infact hal ini berlaku di pemilihan semua komponen audio.

Jadi kita tidak perlu langsung percaya jika ada yang menyebutkan speaker X bersuara warm, speaker Y bersuara tajam dan sebagainya, jika kedua speaker X dan Y itu dicoba di sistem yang berbeda - bahkan bila dicoba dengan jenis sistem yang sama namun pada ruangan yang berbeda!

Penilaian karakter speaker hanya bisa dilakukan pada sistem yang sama (A/B test), ruangan yang sama, dan dengan tuning sebaik mungkin untuk speaker tersebut.

So again, supaya tidak tersesat maka pemahaman akan spesifikasi teknis menjadi penting.

Masih ngikutin kan? Saya jamin tidak akan sulit memahami spesifikasi teknis.
Yuk, mari kita mulai...

A. Ukuran fisik speaker
Ah, hal ini tentu mudah dimengerti kan :)
Kita harus mencari speaker sesuai dengan ukuran yang kita butuhkan. Misalnya jika kita ingin memberli speaker untuk dikamar dengan ruangan terbatas, maka kita akan mencari speaker ukuran bookshelf. Namun jika kita ingin membeli speaker untuk ruang home theatre yang besar maka floorstanding bisa jadi pilihan.

Begitu pula halnya dengan di mobil. Jika kita ingin membeli speaker set misalnya, pastikan ukuran setiap speakernya cocok untuk dipasang di mobil kita. Anda tidak ingin menggunakan speaker besar yang menghalangi pandangan kaca depan Anda bukan?
Sebagai acuan, kebanyakan speaker midbass (woofer) untuk mobil standar berukuran 5-6". Midrange adalah 3-4" sementara tweeter 1".

Saat membeli speaker jangan lupa untuk memperhitungkan kedalaman speaker tersebut, jadi jangan hanya melihat ukuran dari depan saja (5", 6", 10" dsb), tapi perhitungkan juga kedalamannya. Hal ini sangat penting untuk midbass dan midrange di mobil. Jangan sampai Anda membeli speaker yang terlalu dalam sehingga kaca mobil Anda jadi tidak bisa ditutup karena tersangkut oleh speaker tersebut.

B. Peruntukan speaker.
Sebenarnya ini topik yang panjang, saya jelaskan singkat saja ya?
Untuk home audio/home theatre:
1. Speaker depan stereo (1 pasang) -> ukuran bookshelf atau floorstander.
2. Speaker center (jika home theatre) -> cari speaker khusus untuk center, biasanya dalam bentuk d'appolito.
3. Speaker surround (home theatre) -> cari speaker khusus surround, biasanya dalam konfigurasi dipole
4. Subwoofer -> untuk memainkan nada2 rendah dan menggetarkan sofa Anda :)

Untuk car audio terdapat 2 bagian besar pilihan: coaxial atau component/split. Sebenarnya terminologi coaxial disini kurang tepat juga - hanya saja term itu yang sering dipakai di toko, jadi yah kita ikuti saja :)
1. Speaker depan stereo
2. Speaker belakang stereo atau surround jika car theatre
3. Subwoofer
4. Speaker center (jika car theatre)
Apakah speaker split selalu lebih baik daripada coaxial? Tidak juga.
Jadi jangan terpaku bahwa split selalu lebih baik. Baca spesifikasinya, pahami dan Anda akan menyadari bahwa beberapa speaker dengan konfigurasi coaxial ternyata lebih baik daripada speaker split yang banyak terdapat di pasaran :)

OK, sekarang kita masuk ke spesifikasi yang lebih teknis...

C. Impedansi
Saya tidak akan membahas terlalu dalam mengenai impendansi disini. Intinya dalam pemilihan speaker, kita harus menyesuaikan impedansi speaker tersebut dengan impendansi yang didukung oleh amplifier nya.
Misal: jika amplifier (atau head unit) mendukung impedansi speaker antara 4-8ohm artinya kita harus menggunakan speaker dengan impedansi minimal 4 ohm.
Nominal impedansi speaker lebih kecil dari nilai tersebut akan merusak amplifier nya. Sementara nominal impedansi lebih besar, meskipun tidak akan merusak namun akan membuat amplifier kehilangan power nya.

D.  Frequency Range / Frequency Response Chart
Frequency response adalah spesifikasi kemampuan speaker mereproduksi frekuensi.  
Frequency response biasanya dinyatakan dalam range frekuensi, dan merupakan faktor pertama yang menentukan kecocokan antara tiap speaker dalam sistem kita (Contoh: speaker depan dengan subwoofer).


Seperti kita ketahui bersama, kemampuan pendengaran manusia adalah antara 20Hz hingga 20Khz.
Sayangnya hampir semua speaker (atau semua?) yang ada saat ini tidak mampu mereproduksi range frekuensi tersebut secara langsung. Oleh karena itu kita membutuhkan beberapa speaker hingga seluruh range frekuensi tersebut dapat dimainkan di sistem kita.
Moral of the story: pastikan semua speaker yang terpasang disistem kita pada akhirnya dapat mengcover range frekuensi 20Hz hingga 20Khz.

Berikut adalah acuan singkat bagaimana memilih frequency response speaker.

Home audio:
1. Speaker depan, speaker surround, speaker center. Batas bawah: 80Hz. Batas atas: 20Khz.
2. Subwoofer. Batas bawah: 20Hz. Batas atas: 120Hz.

Car audio:
1. Midbass/Woofer. Batas bawah: 80Hz. Batas atas: 300Hz untuk 3 way dan 5000Hz untuk 2 way.
2. Midrange (untuk 3 way). Batas bawah: 200Hz. Batas atas: 5000Hz.
3. Tweeter. Batas bawah: 2Khz. Batas atas: 20Khz.

Batas bawah bisa lebih kecil daripada acuan diatas - berarti lebih baik.
Begitu juga dengan batas atas yang lebih tinggi daripada acuan diatas - berarti lebih baik.

Bagaimana jika speaker pilihan kita tidak masuk acuan diatas? Tidak perlu terlalu risau. Frequency response hanya menggambarkan secara general saja. Mungkin memang akan diperlukan speaker lain untuk mengcover kekurangan tersebut.

Hal yang penting adalah: frequency response saja tidak cukup untuk mengetahui kualitas suara yang akan dihasilkan.
Untuk mengetahui kualitas suara yang mampu dihasilkan oleh sebuah speaker kita perlu melihat frequency response chart yang lebih detail.

Kita bahas lebih detail di tulisan selanjutnya ya?

Tuesday, January 26, 2010

Membaca Spesifikasi Teknis HU - Mix & Match HU dengan Komponen Lain

Tidak bisa dipungkiri, kecocokan antara setiap komponen dalam sistem audio memainkan peranan sangat penting dalam menentukan kualitas akhir dari sistem audio.

Sekarang marilah kita mempelajari bagaimana spesifikasi teknis dalam head unit, harus match dengan spesifikasi komponen lain dalam sistem audio kita.

1. Line-out, Pre-out.
HU dengan kualitas tinggi akan menyediakan konektivitas line-out atau pre-out. Jika HU tidak memiliki output ini, ada baiknya untuk start hunting HU lain :)
Spesifikasi yang perlu kita lihat dalam pre-out adalah tegangan/voltage nya.
Hampir semua HU menyediakan spesifikasi pre-out. Biasanya diberikan dalam satuan volt.
Idealnya, tegangan pre-out dari HU harus masuk kedalam range line-input amplifier Anda.
Sebagai contoh:
  • Jika HU memiliki pre-out 2V, maka amplifier yang digunakan harus mampu menerima sinyal sebesar 2volt. Biasanya pada amplifier disebutkan parameter sensitivity. Carilah yang nilai 2volt berada dalam range tersebut.
  • Bagaimana jika HU memiliki pre-out 8v sedangkan max sensitivity line-in amplifier hanya 4v? Pilihannya terserah Anda. Apakah ganti HU, atau ganti amplifier nya :) Ketidak cocokan tersebut akan membuat kualitas suara akhir yang tidak optimal.

2. Speaker impedance dan nominal power output.
Jika Anda tidak berencana menggunakan amplifier external, maka Anda harus memperhatikan impedansi dan nominal power output HU Anda.

Biasanya amplifier internal HU Anda akan sanggup men-drive speaker dengan impedansi 4 ohm. Untuk mix and match nya, Anda harus menggunakan speaker dengan impedansi 4 ohm atau lebih. Bagaimana jika speaker Anda hanya 2 ohm? Amplifier internal HU Anda akan sangat mudah untuk rusak.

Bagaimana dengan power output? Carilah speaker dengan spesifikasi sama atau lebih daripada nominal output amplifier internal HU Anda. Jika nominal (RMS) output HU Anda adalah 15 watt, maka Anda harus menggunakan speaker dengan nominal power output minimal 15 watt juga. Kurang dari itu dapat  menyebabkan speaker terbakar. Namun jika nominal power speaker terlalu besar daripada 15 watt, akibatnya suara tidak akan optimum.

Yang perlu diperhatikan dalam membaca spesifikasi power output amplifier internal HU adalah nominal atau RMS watt nya. Bukan max power atau PMPO.

Kedua parameter ini - impedansi dan power output hanya perlu mix and match jika Anda tidak ingin menggunakan amplifier external.

3. Signal-to-noise ratio, frequency response, stereo separation.
Ketiga parameter tersebut tidak terlalu menentukan mix and match dengan komponen lainnya.
Namun untuk mendapatkan SQ yang baik, gunakan HU dengan:
  • Signal-to-noise ratio (SNR) yang tinggi. Usahakan lebih dari 85 dB.
  • Frequency response. Carilah HU dengan frequency response minimal 20Hz - 20Khz +/- 3dB.
  • Stereo separation. Carilah yang nilainya paling besar.

Ketiga parameter tersebut penting, dan tidak bisa di-cover oleh komponen lainnya.
Jika frequency response memiliki range yang cukup besar (>3dB), maka Anda harus siap siap untuk menambahkan equalizer.

Thursday, January 21, 2010

Cara Memilih Head Unit Audio Mobil II

5. Fasilitas Tuning I: Equalizer (EQ)
Carilah head unit yang memiliki equalizer dengan jumlah band TERBANYAK. Baik itu dalam bentuk graphic equalizer maupun parametric. Anda akan membutuhkan ini untuk keperluan setting sound quality (SQ) di mobil Anda.

Sekilas mengenai EQ: EQ adalah seperti halnya sebuah pisau. Jika digunakan dengan tepat, dia akan menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat untuk SQ. Namun jika digunakan dengan salah, dia akan merusak. Trust me, you will need EQ - especially in car environment.
Jika Anda tidak memiliki EQ dan bersikeras menginginkan SQ yang baik, Anda akan berakhir pada pembuatan passive crossover dimana didalamnya akan terpasang notch filter dengan biaya jutaan hingga puluhan juta rupiah.

6. Fasilitas Tuning II: Time Alignment
Time alignment (TA) atau time delay adalah fungsi yang disediakan untuk memperlambat sinyal audio yang dikeluarkan oleh channel tertentu.

Mengapa time alignment menjadi penting? Hal ini disebabkan karena placement speaker di mobil yang biasanya kurang ideal, dimana speaker kanan lebih dekat kepada pendengar daripada speaker kiri.
Emang kenapa sih kalau salah satu speaker lebih dekat? Well, akibat utama yang ditimbulkan dari ketidak-simetris-an speaker ini adalah imaging yang kurang tepat. (Lihat imaging di artikel sebelumnya).

Pada beberapa HU, TA disediakan untuk channel kiri depan, kanan depan, kiri belakang, kanan belakang maupun subwoofer. Namun ada juga HU yang menyediakan TA hingga level tweeter kiri, tweeter kanan, midrange kiri, midrange kanan, midbass kiri, midbass kanan dan sebagainya.

Jika Anda berencana main aktif, maka carilah HU yang menyediakan TA yang breakdown hingga level tweeter,midrange,midbass dan woofer. Namun jika Anda tidak ingin bermain aktif (single-amp), maka TA cukup kiri dan kanan saja.

Apa sih nilai minus dari TA? TA akan menyebabkan sweet spot hanya berlaku di satu posisi saja.
Bagaimana jika kita ingin sweet spot ada di lebih dari satu posisi, misalnya di kursi supir dan penumpang kiri?
Mau tidak mau, placement speaker harus ditata sedemikian sehingga jarak speaker kiri dan kanan ke pendengar tidak terlalu berbeda jauh. Dalam istilah audio, hal ini disebut PLD - path length differences.

So, TA seperti halnya EQ adalah pisau ganda. Rencanakan baik2 sistem audio yang ingin Anda miliki.
Mungkin TA tidak perlu menjadi faktor penentu utama. Anyway, HU dengan TA tetap sebuah nilai plus karena jika Anda pada akhirnya tidak akan memanfaatkannya, Anda dapat mematikan fungsi TA dengan mudah :)

7. Fasilitas tuning III: Crossover, Signal Processing, Lain-lain.
Fasilitas-fasilitas tuning lain seperti crossover, signal processing seperti Dolby ProLogic, BBE, SRS dan sebagainya adalah nilai PLUS.

Crossover pada HU meskipun terlihat penting namun pada kenyataannya fungsi ini pun disediakan baik oleh speaker maupun oleh kebanyakan amplifier. Jadi tidak perlu terlalu kuatir jika HU Anda kurang canggih crossover nya. Meskipun tentu saja, memiliki HU dengan fitur crossover yang lengkap adalah nilai tambah yang sangat baik.

OK, rasanya sudah cukup parameter yang perlu dipertimbangkan dalam memilih HU untuk audio mobi.
Artikel berikutnya akan menjelaskan mengenai spesifikasi teknis HU dan mix and match HU dengan komponen-komponen lain dalam sistem Anda.

Wednesday, January 20, 2010

Cara Memilih Head Unit Audio Mobil

Di pasaran, banyak sekali head unit (HU) aftermarket yang dijual. Beragam merk, dan beragam model pula. Lumayan pusing untuk memilih mana yang terbaik untuk kita apabila kita tidak punya patokan dasar. Nah, dalam tulisan kali ini, saya mau coba share bagaimana memilih head unit untuk audio mobil kita.

Banyak rekan-rekan yang merasa kesulitan dalam memilih sebuah head unit karena tidak mengerti spesifikasi yang disediakan oleh produsen. Pada tulisan ini, saya akan mencoba menjelaskan bagaimana membaca spesifikasi dengan mudah dan dapat "mengetahui" kualitas dari head unit tersebut tanpa perlu melakukan test dengar secara langsung.

Pertama-tama kita lihat dulu fungsi dasar dari sebuah head unit: Head unit adalah komponen utama yang mengontrol semua playback di sistem audio mobil kita. Didalamnya minimal harus terdapat 2 fungsi dasar yaitu pemilihan source (cd,radio,aux...) dan volume control :) Saya yakin 100% fungsi ini disediakan oleh head unit manapun :) So, let's go to the other parameters...

1. Budget

Hal paling penting yang mendasari pemilihan sebuah head unit adalah berapa budget kita :D
Tidak peduli apapun parameter lain yang akan kita bahas berikutnya, jika budget kita tidak cukup, maka kita akan skip head unit yang diluar daya beli kita. Simpel toh :D

2. Ukuran
Dalam audio mobil, terdapat 2 ukuran head unit. Yang pertama adalah single-din (1-DIN), dan double-din (2-DIN). Kebanyakan mobil yang memiliki HU dengan ukuran asli 2-DIN dapat lebih bebas menentukan pilihannya: boleh 1-din, atau tetap 2-din. Namun jika HU standar mobil anda adalah 1-din, maka hampir pasti Anda harus membeli HU dengan ukuran 1-DIN juga (kecuali Anda rela merubah dashboard mobil...).

Single-Din

Double-din




3. Pilihan konektivitas input/source
Head unit sedianya menyediakan semua pilihan sumber yang kita butuhkan. Berikut adalah sumber/source yang sering kita dengarkan:
  • Kaset
  • Radio
  • CD audio
  • MP3
  • SACD
  • DVD
  • DVD-Audio
  • iPod
Pilihlah head unit yang menyediakan source/konektivitas yang Anda perlukan.
Jika Anda memiliki koleksi lagu dalam USB Flash Disk, maka carilah head unit yang bisa memainkan lagu dari USB Disk.

Jangan lupa, sebisa mungkin carilah HU yang memiliki aux/line-in. Aux atau line-in ini adalah standar koneksi yang digunakan untuk sumber suara stereo. Dengan adanya aux-in, maka dikemudian hari, Anda dapat menggunakan source lain yang menyediakan line-out seperti wdtv, zune, creative zen dan sebagainya.
Selain itu, aux-in juga sangat bermanfaat untuk keperluan tuning dikemudian hari.

Bluetooth dan konektivitas lain adalah nilai PLUS.

4. Konektivitas Output
Untuk keperluan pengembangan, maka sebaiknya kita memilih head unit yang memiliki output RCA untuk front, rear, subwoofer, center channel (untuk car theatre). Jika Anda berencana menggunakan rangkaian aktif, maka Anda harus mencari head unit yang juga memiliki output RCA terpilah per-driver nya. Misal 3 channel untuk 3-way front (total 3x2=6).

Apakah tegangan pre-out penting? Ya, namun hingga level tertentu saja.
HU dengan pre-out 2V atau lebih sudah sangat mencukupi untuk mencapai taraf SQ yang baik.
Hati-hati dengan tegangan pre-out, karena besarnya tegangan ini harus match dengan amplifier yang Anda gunakan.

Output dalam bentuk digital optical atau coax adalah sebuah nilai PLUS.

Kita lanjutkan parameter lain di tulisan berikutnya ya?

Saturday, January 9, 2010

Tips & Tricks Menilai Kualitas Sistem Audio

Pada tulisan sebelumnya sudah dipaparkan 6 karakteristik yang perlu kita perhatikan dalam menilai sebuah sound system. Nah pada tulisan ini, saya akan coba menjelaskan "how-to" nya. Mudah-mudahan cukup mudah untuk diikuti dan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat - 15-30 menit rasanya sudah cukup.


Tonal Accuracy & Spectral Balance

Untuk menilai 2 karakter ini, Anda memiliki 2 pilihan. Yang pertama adalah jika Anda telah terbiasa mendengarkan bunyi alat musik secara langsung, yang ke-2 adalah jika Anda jarang mendengarkan bunyi alat musik secara langsung.

Jika Anda sering mendengarkan bunyi alat musik secara live, maka Anda bisa menggunakan lagu-lagu yang tersedia dalam CD IASCA. CD tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga lagu-lagu yang ada didalamnya merupakan lagu yang direkam dengan sangat natural (tentu saja dengan biaya royalti yang murah pula). Cukup ikuti petunjuk yang ada di dalam booklet CD tersebut - and you are ready to go.

Namun jika Anda jarang mendengarkan suara live, maka Anda bisa menggunakan CD Focal JMLab, Demo CD 2, atau sering disebut Focal/JMLab Tools CD. Didalam CD tersebut, selain ada lagu-lagu pilihan, juga ada suara-suara yang sering kita jumpai sehari-hari seperti misalnya suara mesin motor, suara pensil, suara gelas pecah dan sebagainya.

Jika Anda tidak memiliki ke-2 CD tersebut, maka Anda juga dapat menggunakan CD yang memiliki kualitas audiophile. Hanya saja karena CD-CD tersebut banyak yang tidak memiliki jaminan suara natural, maka yang Anda nilai adalah suara vokal manusia-nya.
Pilihlah lagu yang dinyanyikan oleh perempuan bersuara tinggi, perempuan bersuara rendah, laki-laki bersuara tinggi dan rendah.
Perhatikan bagaimana suara manusia nya? Apakah terdengar natural (Anda tentu sering mendengar rekan Anda berbicara toh?), atau apakah terdengar seperti suara robot, suara orang dalam kaleng, suara mulut yang tertutup tissue? Sistem audio yang baik akan memainkan suara vokal manusia seperti seakan-akan sang vokalis sedang berada satu ruangan dengan kita.

Jangan lupa, saat mendengarkan lagu, Anda sangat dianjurkan untuk duduk pada posisi semestinya. Jika Anda sedang menilai sistem home audio, maka Anda harus duduk tepat ditengah speaker kiri dan kanan. Jika Anda menilai sistem car audio, maka Anda harus duduk di kursi supir.

Bagaimana Menilai Kualitas Audio? Bagian Ke-4

Kualitas Sound System IV - Noise

Noise adalah suara yang ditimbulkan oleh suatu sistem audio padhal suara tersebut tidak terdapat dalam rekaman aslinya.
Sebagai contoh adalah bunyi hiss (ssssss) yang dapat terdengar pada saat sistem sedang idle, atau pun bunyi hum (dengung, nguuung atau drrrrr).

Sistem audio yang baik, akan tidak akan memiliki hiss dan hum yang terdengar pada posisi pendengar normal meskipun dengan volume suara yang mendekati maksimum. 
Tentu saja, jika kita mendengarkan hiss atau hum dengan meletakkan kepala kita tepat didepan speaker, ke-2 noise tersebut bisa saja jadi terdengar. Namun demikian intinya adalah hiss atau hum yang tidak terdengar di posisi duduk normal kita.

Kualitas Sound System V - Sound Linearity

Sound linearity diartikan sebagai kemampuan sistem memainkan musik dengan tonal accuracy dan spectral balance yang baik pada semua volume, baik pada saat kita mendengarkan musik pelan-pelan maupun keras-keras (Lihat kembali definisi tonal accuracy dan spectral balance di bagian ke-1)

Sistem yang kurang baik biasanya akan kehilangan banyak detail di volume rendah maupun tinggi. Atau juga pada volume tinggi, suara menjadi seperti menyakitkan telinga. Nah pada sistem demikian, upgrade masih bisa dilakukan.


Kualitas Sound System VI - Ergonomics

Ergonomics dinilai berdasarkan kemudahan meng-operasi-kan sound system. Apakah itu ketersediaan remote, menu yang mudah digunakan, maupun hal-hal lain yang bisa mempermudah kita memainkan lagu kesukaan kita adalah nilai +.

Ok, rasanya sudah cukup 6 poin yang bisa kita gunakan untuk menilai sebuah sistem audio.
Pada tulisan berikutnya akan saya coba jelaskan tips dan tricks bagaimana kita bisa menilai ke-6 karakteristik tersebut dengan mudah.

Bagaimana Menilai Kualitas Audio? Bagian Ke-3

Kualitas Sound System III - Imaging

Imaging dapat diartikan sebagai letak setiap insturmen/suara didalam sound stage.
Berbeda dengan stage depth dan width dimana yang kita perhatikan adalah kedalaman dan lebar panggung, imaging dinilai berdasarkan posisi instrumen dalam garis horizontal dari kiri ke kanan.

Seperti halnya stage width, imaging hanya dapat tercipta pada sistem lebih dari 1 channel, dengan rekaman yang juga lebih dari 1 channel. Jika playback sistem kita bersifat mono, atau rekaman yang kita putar juga mono, maka imaging yang baik akan selalu muncul tepat ditengah antara kiri dan kanan. 

Untuk menilai imaging, kita perlu mengetahui letak setiap instrumen berdasarkan spesifikasi sound engineer. Jadi kita tidak bisa mencobanya dengan sembarang lagu, melainkan hanya dengan lagu dimana kita memiliki peta letak instrumen nya. Salah satu CD yang memiliki peta letak instrumen dalam soundstage antara lain adalah CD kontes IASCA dan EMMA.

Dalam dunia home audio, imaging yang tepat tergolong mudah untuk dibentuk. Sementara dalam car audio, imaging menjadi salah satu tantangan tersendiri. Hal ini disebabkan karena pendengar biasanya berada tidak tepat ditengah ke-2 speaker, melainkan condong di salah satu sisi. Tentu saja hal ini tidak berlaku jika Anda mengendarai kendaraan dimana posisi Anda ada tepat ditengah, misalnya pengemudi F1 :)

Imaging juga dinilai berdasarkan ukuran suara yang muncul untuk setaip instrumen. Tentu saja, ukuran ini tidak bisa kita bandingkan dengan keadaan aslinya. Misalnya jika kita memutar lagu yang dinyanyikan oleh Pavarotti, maka kita tidak perlu berharap suara yang muncul juga akan sebesar Pavarotti.
Ukuran image ditentukan oleh sound engineer rekaman tersebut. Dan biasanya ikut digambarkan pada rekaman yang memiliki peta seperti pada CD IASCA.


Friday, January 8, 2010

Bagaimana Menilai Kualitas Audio? Bagian Ke-2

Kualitas Sound System II - Sound Stage

Apa yang dimaksud dengan sound stage? Sound stage adalah panggung yang diciptakan oleh sebuah sistem audio.
Bayangkan seperti ini: Jika Anda menonton konser musik secara langsung, atau mendengarkan pengamen di jalanan (like it or not), maka penyanyi-nya sedang berada di panggung, dan Anda berada di tempat duduk penonton. 
Nah karakter seperti  itulah yang harus dapat diciptakan oleh sebuah sound system.

Sound stage, dapat kita klasifikasi lagi menjadi beberapa bagian seperti dijelaskan berikut ini.
 

Listening Position

Listening position atau lokasi pendengar adalah karakter yang diciptakan oleh sebuah sistem audio beserta dengan keadaan ruang dengarnya. 

Idealnya seperti contoh diatas, jika kita mendengar konser musik atau pengamen dijalan, maka antara Anda sebagai pendengar dan pemain musik diatas panggung harus ada jarak yang cukup. Anda tentu tidak ingin pengamen itu bersuara seperti dia sedang berdiri di dalam kepala Anda toh?

Dalam home audio, hal ini relatif lebh mudah dicapai karena kebebasan kita dalam menaruh speaker maupun kursi kesayangan Anda. Namun dalam car audio, situasi jadi lebih rumit karena kita dibatasi oleh ruang dan fungsionalitas mobil kita. Either way, baik dalam home maupun car - sistem yang bagus harus bisa menciptakan jarak antara kita dan panggung suara.

Stage Width

Stage width atau lebar panggung adalah ukuran lebar panggung virtual yang diciptkan oleh sebuah sistem audio. Sistem yang baik akan dapat menciptakan lebar panggung yang melebihi lebar fisik speaker-speaker nya, dan tidak terdapat kesan kosong diantara speaker-speaker tersebut.
Sebagai contoh, misal speaker kiri dan kanan berjarak 1 meter, maka stage width yang bagus adalah 1 meter juga atau lebih.

Yang perlu dicatat adalah karakter ini hanya bisa ditimbulkan jika diuji oleh rekaman lebih dari satu channel, dan di puter pada sistem dengan lebih dari satu channel pula.
Artinya jika kita memainkan lagu rekaman mono, atau lagu stereo pada sistem mono (1 speaker), maka lebar panggung ini tidak akan tercipta.
Jadi lebar panggung hanya bisa dibentuk oleh sistem 2 channel (stereo) atau lebih (multichannel, 5.1, 7.1 dan sebagainya) saat memainkan rekaman 2 channel atau lebih pula. Jadi meskipun sistem kita misalkan 5.1, tapi di tes dengan menggunakan rekaman mono, maka stage width nya tidak layak untuk dinilai - karena memang tidak akan terbentuk.


Kita tidak perlu berharap sound system kita dapat mereproduksi stage width persis seperti rekaman aslinya. Misal Anda membeli CD Rhoma Irama Live yang konser diatas panggung selebar 15 meter. Kemudian Anda berharap saat mendengarkannya di ruangan Anda yang berukuran 5x5m, stage width akan tetap 15 meter. Meskipun Anda membeli sound system seharga 1 miliar - kenyataan itu tidak akan pernah terjadi. Nanti kita bahas room accoustic di waktu lain ya.


Stage Height
Stage height atau tinggi panggung relatif kepada pendengar.
Sistem audio yang baik akan menempatkan panggung pada ketinggian yang sama dengan wajah kita.
Again, hal ini mudah dicapai di home audio, tetapi sulit untuk car audio.
Selain itu, penilaian ini termasuk subyektif terhadap pendengar. 
Mungkin Anda termasuk orang yang terbiasa menonton konser musik klasik di balkon VIP? Jika ya, maka stage height nya biasanya akan ada sedikit dibawah kita.


Stage Depth
Stage depth adalah kedalaman panggung, yaitu jarak antar pemain musik dalam sebuah panggung dilihat dari depan ke belakang.
Biasanya rekaman yang berkualitas tinggi menerapkan kondisi panggung sebagai berikut:
vokalis utama didepan, penyanyi latar di belakangnya, kemudian alat musik terbagi2 kedepan dan kebelakang. Kadang kala ketika misalnya pemain gitar sedang melakukan aksi solo, maka suara gitar akan dibawa maju kedepan.
Nah hal inilah yang coba kita nilai sebagai salah satu parameter kualitas sistem audio.


Ambience
Ambience atau keadaan, suasana panggung adalah karakteristik rekaman yang bisa direproduksi oleh sebuah sistem audio. 
Misalnya jika rekaman dilakukan live dalam sebuah club kecil, tentu akan bernuansa beda dengan rekaman live dalam panggung besar.
Keadaan ini mulai bisa direproduksi oleh sistem stereo dan multichannel. Meskipun pada kenyataannya, keadaan ruangan tempat kita mendengarkan lagu tersebut lebih mendominasi efek nuansanya daripada faktor rekaman itu sendiri. Multichannel audio (quadrophonic, 5.1, 7.1 dan sebagainya) ditujukan untuk meminimalisir faktor ruang dengar kita ini sehingga diharapkan kita seakan-akan merasa berada dalam ruangan yang sama dengan penyanyinya.





Bagaimana Menilai Kualitas Audio? Bagian Ke-1

Pada artikel berikut ini, saya akan coba menjelaskan bagaimana menilai kualitas sebuah audio/sound system.
Parameter-parameter apa saja yang sebaiknya di dengarkan, dan atau dilihat, dan bagaimana menentukan "nilai" akhir dari sistem tersebut.

Kualitas sebuah sistem audio sebenarnya tidak tergantung pada peruntukkannya. Jadi sebuah sistem audio untuk rumah (home audio), maupun untuk mobil (car audio) sebenarnya memiliki parameter kualitas yang sama.

Sebagai acuan, karena saya adalah member International Auto Sound Challenge Association (IASCA), maka saya akan gunakan prinsip-prinsip penilaian yang ada disana. Meskipun demikian, organisasi-organisasi lain seperti EMMA dan sebagainya pun memiliki parameter yang sama.

Karena parameter kualitas tersebut cukup banyak, maka tulisan ini saya bagi per bagian ya?

Kualitas Sound System I - Tonal Accuracy dan Spectral Balance


Tonal accuracy atau bisa kita terjemahkan sebagai tingkat akurasi sound system dalam mereproduksi warna suara adalah faktor nomor satu dan paling penting dalam menilai kualitas sebuah sistem audio.

Sebelum masuk ke bagian "how-to judge tonal accuracy", mari kita bahas dulu ilmu dan konsep dasar dari karakteristik nada suara atau musik.
Ada 6 karakter dasar yang perlu kita ketahui, yaitu:
  1. Loudness atau tingkat kekerasan suara.
  2. Pitch atau tinggi rendah nya nada suara - frekuensi suara.Seperti kita ketahui bersama, sistem pendengaran manusia sanggup mendeteksi suara yang memiliki frekuensi antara 20Hz hingga 20Khz. Nah idealnya, sebuah sound system yang mantap dapat mereproduksi semua frekuensi dalam range tersebut dengan benar pula.
  3. Timbre atau warna suara. Jika Anda masih bingung apa yang dimaksud dengan warna suara, maka bayangkan saja sebagai berikut: Nada A atau frekuensi 440Hz yang dimainkan oleh piano atau gitar akan terdengar berbeda. Betul kan? Nah perbedaan itu yang disebut warna suara. Detail kenapa terjadi perubahan warna suara padahal ke-2 alat musik tersebut sama-sama memainkan nada A akan dijelaskan di tulisan lain ya...
  4. Modulation.
  5. Duration.
  6. Attack and decay. Attack adalah waktu yang diperlukan oleh sistem audio untuk mereproduksi suara secara utuh. Semenara decay adalah waktu yang diperlukan untuk menghilangkan suara tersebut. Ke-2 karakter ini cukup sulit untuk dideteksi karena satuan waktu nya yang (sebaiknya) sangat minim, mungkin dalam orde miliseconds saja.
Nah sekarang kita masuk dalam bagaimana mendengar dan menilai tonal accuracy dalam sebuah audio system dengan melihat kepada 6 karakter diatas. Penilaian ini jangan berdasarkan pada konfigurasi system, misalnya apakah system memiliki subwoofer atau tidak, 2 way, 3 way, atau ukuran speaker bookshelf atau floorstanding, sistem audio kompo, stereo atau home theatre. Apapun konfigurasinya, metoda penilaian tonal accuracy dibawah tetap valid.

1. Dengarkan nada sub-bass, atau frekuensi dibawah 60Hz. Agar mudah, dengarkan suara sebuah kick drum dalam lagu. Apakah gebukannya mantap? Solid, tidak ada resonansi dari benda lain? Bandingkan dengan 6 karakteristik diatas. Jika semuanya sudah OK, berarti untuk region sub-bass tonal accuracy nya sudah OK. Mudah bukan?

2. Dengarkan nada mid-bass (frekuensi 60Hz-200Hz). Untuk kemudahan, dengarkan lagu yang memiliki suara bass gitar, atau bass akustik (bass betot). Seperti biasa, bandingkan dengan 6 karakteristik diatas. Contohnya apakah bass akustik terdengar seperti suara bass listrik? Jika ya, berarti sistem tersebut kurang dalam mereproduksi karakter timbre dengan tepat.

3. Nada mid-range (200Hz-3KHz). Dengarkan suara piano, gitar maupun vokal manusia dalam lagu.

4. Nada high frequency (3Khz ++). Dengarkan suara cymbal, atau nada tinggi pada biola.

That's it. 4 range frekuensi (timbre) tersebut beserta contoh alat musiknya sudah cukup untuk dijadikan acuan dalam menilai tonal-accuracy.

Nah sekarang mari kita masuk kedalam bagian terpenting dalam bagian ke-1, yaitu Spectral Balance.

Binatang apa lagi kah spectral balance?
Spectral balance adalah tingkat kemerataan 4 range tonal accuracy diatas. Artinya sistem yang bagus, harus dapat memainkan semua tonal accuracy diatas secara sama kerasnya, sama kualitasnya - merata. Atau dengan kata lain, sistem audio harus secara overall warna suaranya se-realistis mungkin.

Sebagai catatan saja: Banyak orang menilai tonal accuracy secara parsial.
Seperti misalnya: "Wah bass nya keras banget! Mantap deh" atau "Wuih, treble nya tajam sekali ya, suaranya jernih". Well, dalam dunia IASCA, sistem seperti itu hanya masuk kategori ROOKIE.
Jika sistem Anda tidak ingin dianggap sebagai sistem pemula, maka spectral balance harus tepat. Sehingga tidak ada lagi istilah hanya bass nya saja yang mantap, treble tajam dan sebagainya. Semua harus balance.

Sistem yang memiliki spectral balance bagus akan dapat memainkan SEMUA jenis lagu dengan sempurna.
So, jika ada sistem yang hanya enak didengar untuk lagu jazz saja, audiophile vocal saja, metal saja... berarti sistem tersebut masih bisa di-upgrade lagi kualitasnya.

    Wednesday, January 6, 2010

    Kenapa Harus Upgrade Audio Mobil?

    Kenapa harus upgrade sistem audio di mobil kita?
    Well, ini pertanyaan penting dan mudah untuk dijawab: karena sound system bawaan kebanyakan mobil suaranya ngga bagus :D

    Mungkin Anda adalah sebagian orang yang memiliki mobil dengan sound system bawaan berkualitas premium. Sebut saja misalnya sound system di mobil Jaguar XF, Lexus LS600 atau BMW seri 7. Anda termasuk orang yang beruntung! Sayangnya, mayoritas dari kita adalah pengguna mobil dengan sound system yang sangat standard, atau kalau boleh dibilang asal berbunyi saja :)

    "Tapi saya puas dengan sound system standar mobil saya"
    Kepuasan seseorang berkaitan erat dengan tingkat standar kualitas yang dia ketahui.
    Saran saya, coba kunjungi butik2 audio di sekitar kita. Untuk wilayah Jakarta, butik audio di mall mangga dua sudah lebih dari cukup. Bawa CD favorit Anda, dan jangan ragu untuk mencoba memainkannya di tempat mereka.
    Kalau Anda ragu berkunjung ke butik audio, cara yang lebih mudah adalah mendatangi toko CD :)
    Beberapa toko CD menyediakan sound system yang sangat baik yang bisa Anda gunakan untuk mendengarkan CD yang akan Anda beli. Sebut saja misalnya Duta Suara atau Sangaji. Nah coba cari CD lagu favorit Anda, dan minta tolong penjaga toko untuk memainkannya di sistem mereka.
    Dengarkan baik2, jika perlu tutup mata Anda dan nikmati musiknya.

    Saya yakin 100%, tingkat standar kualitas Anda langsung bertambah tinggi.
    Dan mungkin ketika Anda kembali ke mobil, Anda akan mematikan tape Anda karena suaranya... begitu buruk.

    "OK. Sound system mobil saya tidak sebagus yang saya bayangkan sebelumnya. Tapi... upgrade audio kan mahal?"
    Mahal? Bisa ya dan bisa tidak.
    Ada orang yang menghabiskan biaya hanya 5% dari harga mobilnya dan mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi. Ada juga orang yang menghabiskan biaya lebih tinggi daripada harga mobilnya untuk mendapatkan kepuasan tersebut.

    Apakah murah berarti jelek, mahal berarti bagus?
    Sama sekali tidak. Di dunia audio, harga tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas.
    Berikut salah satu hasil test majalah terkemuka di dunia:

    DIAMOND 10.1:
    "These Wharfedales seem even more obviously excellent when surrounded by a group of their nominal peers", "The cheapest speaker in this test is the best".


    See? Speaker paling murah dalam test justru memberikan performance paling bagus he he he.
    So, tidak perlu kuatir dan minder soal biaya. Pada tulisan-tulisan berikutnya, akan saya coba jelaskan how-to maximize your budget and get a beautiful sounds from it.

    Apakah worth it?
    Relatif. Berapa lama Anda berada dalam mobil sehari-harinya? Kalau hanya 15 menit per hari sih untuk apa?
    Tapi kalau Anda menghabiskan waktu berjam2 dalam kendaraan, keseharian perjalanan Anda diiringi dengan kemacetan jalanan, apakah Anda tidak ingin dapat menikmati perjalanan Anda tersebut?


    Apakah Anda rela membeli mobil berharga ratusan juta rupiah dan tidak bisa menikmati selama Anda mengendarai nya?

    Halo Semua!

    Halo, selamat datang di blog ini.

    Pertama2, saya mau memperkenalkan diri dulu, boleh ya?
    Saya Rizal. Saya adalah pecinta musik, hobby elektronik sekaligus programmer hehehe.
    Kombinasi yang menarik? You bet!

    Blog Hobby Audio ini apa sih? Well, simply put: blog ini memuat informasi seputar musik dan audio, mulai dari seni nya, ilmu nya sampai cerita dibalik semua itu.

    Kenapa saya menulis blog ini?
    Simpel: untuk sharing pengetahuan mengenai audio, baik itu home audio maupun car audio - atau banyak orang menyebutnya ICE (In Car Entertainment).

    Ok, cukup rasanya perkenalan nya.
    Mudah2an blog ini menarik dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
    Kalau ada yang ingin dikomentari, atau ditanyakan, jangan sungkan2 ya :)

    Thanks,
    Rizal