Thursday, April 29, 2010

Bagaimana Menjadi Seorang Audiophile (Bukan Audiophool)?

Guys,
setelah lama ngga nulis di blog, sekarang gw akan mencoba membahas audiophile vs audiophool.
Dan bagaimana menjadi salah satu diantara ke-2 nya.

Terminologi audiophool sendiri sebenernya baru gw denger beberapa bulan lalu :D

Menurut urban dictionary, audiophool adalah:

"One who spends mass amounts of cash on ridiculous Audio components and accessories. They truly believe they can tell a difference, and come up with elaborate excuses to justify these purchases."

Mudah kan jadi audiophool? Tinggal beli barang audio mahal dan berharap suaranya bagus.
Bagian yang sulitnya mungkin dalam hal mencari uangnya.
But heck, blog ini bukan blog yang.membahas mengenai cara mencari uang.
So, bagian cari uangnya saya skip ya :)

Yang sulit, atau lebih tepatnya saya bilang "seakan-akan dibuat sulit dan menjadi God's gift untuk orang orang tertentu saja" adalah menjadi seorang audiophile.
Audiophile dalam konteks tulisan ini adalah seseorang yang mampu mengenali suara yang baik dan benar.

Mohon jangan disamakan dengan jenis musik audiophile yang sering kita temukan di toko CD.
Seorang audiophile tidak terkait dengan selera musik yang dia senangi. Mungkin dia senang dangdut, keroncong, metal, jazz, atau malah mungkin suka semuanya selama suaranya baik dan benar.

Lantas bagaimana sih suara yang baik dan benar?
Suara yang baik dan benar adalah suara yang kita dengarkan langsung dari sumbernya tanpa melalui proses elektronik, atau bahasa Jawa nya: non-amplified live event.
Mudah kan?

Yup, mudah untuk orang2 yang berkesempatan bertemu langsung, atau menonton live penyanyi maupun grup band yang dia sukai. Sayangnya mayoritas dari kita tidak pernah mendengarkan penyanyi kesayangannya secara langsung.

Lalu bagaimana kita bisa menilai suara itu baik dan benar padahal kita tidak pernah dengar suara aslinya seperti apa?
Jawabnya: mudah juga. Kita cukup memahami faktor2 yang menentukan kualitas suara yang di-reproduksi oleh peralatan elektronik.

So, jangan kuatir kalau Anda merasa punya kuping yang standar. Itukan hanya perasaan Anda saja.
Padahal Sang Pencipta sudah menciptakan telinga kita dengan sebaik mungkin!
Yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang apa yang seharusnya kita dengarkan sewaktu mendengarkan sistem. Dan tentu saja percaya diri yang tinggi untuk mengatakan "saya juga audiophile".

Ok, detail faktor2 nya akan kita bahas di tulisan selanjutnya ya.
Stay tuned. And don't be like an audiophool !!!

5 comments:

Anonymous said...

Bro, tulisan anda bagus bagus. Keep it up ya :)

michael said...

laik diz..! :)

Anonymous said...

kang, to d point aja.
saya teh mau pasang audio di becak yg di dorong motor.
ampli mini dan audio kit yg dipasaran kebanyakan cuma 2chanel...dah gitu watt nya kecil.
saya maunya pake driver:
sub woofer 12"
mid bass 5" atw 6" pake 3pcs
mid range 4" pake 3pcs
twetter pake 4pcs
amplinya tolong rakitin yah...(^_^)
btw,sy ga terlalu mementingkan kualitas...jadi budgetnya cuma kecil aja kang...1jt-an all in.
kalo bisa di reply aja yah kang di 081340091170
thanks berat kang

Amir Amiru said...

artikel yang mantap bang!!!

Anonymous said...

bos coba tanya donk, itu kalo pro audio yang namanya power conditioner itu keharusan. Nah apa pengaruh power conditioner terhadap suara baik utk pro atau home audio? Padahal cuman listrik aja kan? Kenapa harganya bs super mahal dan juga banyak orang pro ataupun home pada komen yang namanya listrik tuh penting abis bagi suara?

Nice article btw.

Post a Comment